Entri terakhir: untuk Yoana Vennezia

Image
Waktu itu tak berujung. Kita hidup di satu masa. Awalnya, lagu Akad oleh Payung Teduh terasa tidak relevan, setidaknya bagiku. Maksudnya, terlalu banyak muda-mudi kebelet nikah yang dengan sengaja meneriakkan lagu itu ke telinga orang. Memang, musiknya mudah didengar dan ringan. Tapi, kupikir liriknya tidak sekuat lagu Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan. Tapi, hari ini, lagu Akad seperti tiba-tiba merasuki aku. Tapi, aku gak menye-menye; aku tidak kebelet nikah, aku tetap sama. Tapi, entah mengapa lirik yang ringan itu cocok untuk meningat kamu, Yo. Aransemen musiknya tidak menyedihkan, tapi menyenangkan. Mungkin, sudah seharusnya itu yang aku, Tane, Iki dan yang lain rasakan. Kami gak perlu sedih soal kepergianmu itu. Kami, seharusnya, mengingat hidupmu itu, Yo. Hidupmu itu layak kami apresiasi setinggi-tingginya. Kamu sudah bantu aku berubah. Tahu gak? Aku gak pernah nangis di pemakaman, Yo. Tapi, kemarin aku seperti tidak kenal siapa aku. Dinding dan tampilan tangguh ya...

My World

I feel no companionship,
nor comfortable
I cannot become one,
with those who dwell together

Alienated and exiled
I bid the days goodbye,
I cannot feel the time passing,
My mind adrift

My world, as you see,
is built on the land of hate
Blessed by foul anger,
and blank faiths

A corrupted yet incorruptible void,
where cannot be touched by light
Worms of horrid crawl through,
Consuming its' own path

The heart, now possessed,
does not able to beat
nor able to comprehend,
reality and fantasy

Comments

Popular posts from this blog

As a Good Friend..

To my friend, Grace

Big Ben Punya Janji