Entri terakhir: untuk Yoana Vennezia

Image
Waktu itu tak berujung. Kita hidup di satu masa. Awalnya, lagu Akad oleh Payung Teduh terasa tidak relevan, setidaknya bagiku. Maksudnya, terlalu banyak muda-mudi kebelet nikah yang dengan sengaja meneriakkan lagu itu ke telinga orang. Memang, musiknya mudah didengar dan ringan. Tapi, kupikir liriknya tidak sekuat lagu Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan. Tapi, hari ini, lagu Akad seperti tiba-tiba merasuki aku. Tapi, aku gak menye-menye; aku tidak kebelet nikah, aku tetap sama. Tapi, entah mengapa lirik yang ringan itu cocok untuk meningat kamu, Yo. Aransemen musiknya tidak menyedihkan, tapi menyenangkan. Mungkin, sudah seharusnya itu yang aku, Tane, Iki dan yang lain rasakan. Kami gak perlu sedih soal kepergianmu itu. Kami, seharusnya, mengingat hidupmu itu, Yo. Hidupmu itu layak kami apresiasi setinggi-tingginya. Kamu sudah bantu aku berubah. Tahu gak? Aku gak pernah nangis di pemakaman, Yo. Tapi, kemarin aku seperti tidak kenal siapa aku. Dinding dan tampilan tangguh ya

As a Good Friend..

Cinta segitiga adalah permasalahan dalam hubungan kekinian yang cukup pelik, contohnya; lo punya teman deket yang bernama budi dan gebetan/crush namanya si susi, lo cinta susi, sedangkan susi cinta budi, dan diujung, budi cinta lo - eh si susi maksudnya. Cukup pelik, bukan? Nah, oleh karena itu dalam postingan ini, gue bakal merubah pandangan lo terhadap cinta segitiga ini. Bukan bermaksud menggurui, cuma kemarin malam gue belajar sesuatu dan akan menceritakan dari awal.

Jadi, untuk pertama kalinya gue punya “twitter crush” namanya si Susi (nama sesuaikan contoh biar gampang, dan biar crush gue nya gak ngambek), sedangkan si Susi mau suka ke sohib gue sendiri, Budi (tapi disini Budi kagak suka gue). Sebagai jomblo yang ambisius, gue berambisi untuk dapetin hati si Susi, smsan, mention, DM, segala macem komunikasi gue coba. Masalah utama gue ini, si Susi sama Budi satu sekolah, di SMAN 71 Kalahari, sedangkan gue sekolahnya di SMKN 69 Corleone, jadi gue dan Susi gak pernah ketemu. Awalnya gue merasa beruntung, karena selera film si Susi matching sama gue, dan cewek kayak gini suka susah duplikatnya. Kita janji buat saling ketemu terus tuker film tapi gak pernah kesampean, karena masing-masing punya kesibukan sendiri.


Sampai suatu hari, si Susi cerita kalo dia kesengsem sama teman gue si Budi ini. Padahal, baru pertama kali ngeliat. Sebagai manusia gue sakit hati, apalagi Susi baru putus dan dengan entengnya doi bilang pengen move on ke Budi. Suatu hari, gue maen bareng si Budi. Sebagai sohib gue cerita ke Budi, kami gak rebut, gak saling perebut. Disitu gue lega. Tapi kemudian, Negara api datang men.. Kemarin malam mereka berdua dengan mesra berduaan di timeline. Gue masih anak putih abu-abu, secara mental gue terkenal quick-tempered alias gampang marah. Di depan layar kaca gue ambek-ambekan, pundung. Udah jadi sifat alami gue untuk marahin semua orang, tapi Sudirrr yang sekarang bukanlah Sudirrr yang dulu. Seenggaknya gue bisa ngontrol amarah, dulu gue putus dari mantan tercinteh gara-gara amarah gue. Otak gue panas – dalam artian marah – pengen rasanya nimbrung ke mereka, “anying apa lo kagak ngehargain gue?”. Beberapa menit kemudian, gue terpikir sesuatu, yakni:


“A good friend will never try to date your crush, and as a good friend you will never try to stop him date his crush.”

Pemikiran ini datang dari istilah tmt – teman makan teman. Teman baik gak akan pacarin gebetan lo, dan sebagai teman baik lo gak akan pernah mencoba menghentikan dia pacarin gebetannya. Otak gue langsung dingin, fresh lagi. Kalo memang si Susi ini suka sama Budi, dan begitupun Budi ke Susi, kenapa gue harus jadi penghalang diantara mereka? Seratus persen gue yakin, di setiap pasangan muda-mudi yang bahagia berdua, ada orang ketiga yang menahan luka. Oleh karena itu gue biarkan mereka berdua menjalin cinta, gue jadi pihak tersakiti itu pun tak apa. Lagian, feeling gue ke Susi gak seberapa, cuma sekadar suka.

Kesimpulannya, meski rasanya sakit ketika sang idaman mencintai teman sendiri, bukan berarti kita harus memutuskan tali silaturahmi. Cinta memang buta, asal jangan biarkan dia membutakan mata kita. Mungkin setelah lo memarahi teman dan gebetan lo bakal puas dan beban serasa terlepas, tapi apa gak bakal ada efek lain? Apa kepuasan lo itu cukup buat ngegantiin jalinan kawan yang udah putus gitu aja? Untuk kamu yang mengalami hal yang sama, jangan berkecil hati, ingatlah bila memang sesuatu sudah jadi rejeki kamu, mau orang lain berusaha merebut tetep aja jadi punya kamu. So, think twice, think positive!

Comments

  1. Cukup jadi penonton aja, sisanya mereka berdua yg bersandiwara -_- *nasib mblo

    ReplyDelete
    Replies
    1. dalam cinta, bukan hanya soal mendapatkan si dia, tapi juga tentang keikhlasan hati untuk merelakan dia yang memang bukan untuk kita. gitu, mblo.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Into the Citylight

Angin-angin Keparat