Entri terakhir: untuk Yoana Vennezia


Waktu itu tak berujung. Kita hidup di satu masa.
Awalnya, lagu Akad oleh Payung Teduh terasa tidak relevan, setidaknya bagiku. Maksudnya, terlalu banyak muda-mudi kebelet nikah yang dengan sengaja meneriakkan lagu itu ke telinga orang. Memang, musiknya mudah didengar dan ringan. Tapi, kupikir liriknya tidak sekuat lagu Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan.

Tapi, hari ini, lagu Akad seperti tiba-tiba merasuki aku. Tapi, aku gak menye-menye; aku tidak kebelet nikah, aku tetap sama. Tapi, entah mengapa lirik yang ringan itu cocok untuk meningat kamu, Yo. Aransemen musiknya tidak menyedihkan, tapi menyenangkan. Mungkin, sudah seharusnya itu yang aku, Tane, Iki dan yang lain rasakan. Kami gak perlu sedih soal kepergianmu itu. Kami, seharusnya, mengingat hidupmu itu, Yo.

Hidupmu itu layak kami apresiasi setinggi-tingginya.

Kamu sudah bantu aku berubah. Tahu gak? Aku gak pernah nangis di pemakaman, Yo. Tapi, kemarin aku seperti tidak kenal siapa aku. Dinding dan tampilan tangguh yang kubuat sedemikian rupa tetiba runtuh olehmu. Kamu itu hebat, Yo. Kamu sadar kan?

Aku gak tahu yang lain pikirkan soal aku. Yang jelas sepertinya aku satu-satunya laki yang tangisannya paling keras. Aku gak lihat orang sih, Yo. Tapi, kupikir begitu. Kamu juga harusnya lihat Tane, tangisannya sangat.. begitu. Kami pelukan, Yo. Sayang kami gak bisa peluk kamu.

Kembali ke Akad, Jum'at lalu itu hari terakhir kita bisa ketemu, Yo. Aku tetap bersyukur bisa lihat kamu untuk terakhir kalinya, meski tatapanku tak terbalas. Aku tadinya ingin pulang hari Kamis. Anehnya, aku gak mau pulang, entah kenapa. Ternyata, Tuhan sengaja beri rasa malas supaya aku bisa tinggal dulu.Tuhan kasih kami kesempatan buat ketemu kamu yang doyan sembunyi kalo sakit.

Akhirnya, kamu benar-benar sendiri sekarang. Maaf, Yo, aku sering bikin kesal. Aku banyak salah ke Yo. Mungkin sudah jalannya begitu, ya? Aku bikin kamu kesal dan kamu bikin aku lebih baik. Maaf soal ABS, Yo. Gara-gara ingat ABS aku jadi takut Exploring Drama. Nanti yang buat naskah siapa? Tadinya, aku ingin jadi sutradara bareng Yo saja. Bosan jadi aktor yang.. ya bisa kamu lihat kualitas aktingku.

Kamu ingat waktu semester satu? Waktu itu kita jalan bareng, Yo, bareng Riksan dan yang lain. Kita beramai-ramai jalan bareng ke Kopma lewat depan FPEB. Padahal waktu itu bisa ambil jalur pintas lewat FPIPS. Ingat gak, Yo? Aku sama kamu jalan di belakang berdua. Aku tanya kenapa Yo jalan pakai tongkat, dan Yo dengan ringannya menjawab. Lalu, aku balas informasi kamu dengan informasi bahwa aku sempat akan dibatalkan kelahirannya. Tapi, dari situ kita bisa menerima satu sama lain, 'kan?

Kamu bisanya jalan, Yo. Kamu gak bisa lari-lari, tapi kamu tetap bahagia, tetap bisa tertawa. Aku, kamu, Tane, Iki, tertawa bahas orang lain. Tertawa sambil minum kopi murah. Lancang mengurusi hidup orang di kantin. Tapi, aku tetap sayang, Yo. Dengan semua keadaan Yo aku tetap sayang. Bicara tentang sayang, maaf juga kalau aku sering sok romantis. Aku sebetulnya ingin romantis ke kamu, tapi bukan seperti pacar. Pacaran itu ribet, Yo. Apalagi pacaranku waktu kita sedang dekatnya. Kamu terseret-seret, aku minta maaf soal itu.

Tapi, Yo, kita sudah harus pisah sekarang. Aku ingin berterimakasih ke kamu yang sudah mau jadi teman aku, padahal kamu tahu aku ini bajingan, doyan sakitin hati anak orang meski udah kamu ingatkan berkali-kali. Kamu buat aku sadar betapa bobroknya aku, tapi kamu masih saja sayang aku, Yo. Kamu gak pergi dari hidup aku kayak orang lain dengan jidat mereka kabur-kaburan begitu saja. Kamu tetap peluk aku dalam ingatan, Yo, meski kita gak pernah pelukan. Kalo kita pelukkan aku takut jadi bulan-bulanan pacarmu, hehe. Tapi, tenang saja ya, aku gak ada niatan curi hati kamu dari dia, biar hatimu itu milik dia. Aku miliki ingatan tentangmu saja, Yo, Sudah cukup, kok. Aku gak pantas dapat hati kamu, takut aku rusakkin nanti.

Sekarang, kamu sudah gak perlu takut kehujanan atau kepanasan kalau mau pulang. Aku, Tane, Iki dan yang lain sudah tak perlu bawa barang kamu lagi. Kamu sudah mandiri sekarang, Yo. Kamu juga sudah gak perlu mimisan lagi. Pokoknya, sekarang itu waktunya kamu buat tenang disana. Kamu gak perlu pusing dicontekkin aku lagi di mata kuliah Linguistik. Aku mau rajin sekarang. Jadi, tetap awasi aku ya. Aku tahu kamu bisa. Nanti juga, datang ya pas aku wisudaan, sebelum bangun kamu masuk mimipi aku dulu. Ucapkan selamat ya!

Semua hal itu harus ada akhirnya, kecuali mungkin waktu. Blogku pun harus berakhir disini. Sekalipun aku mau blogging lagi, aku harus buat yang baru. Yang ini, biar aku dedikasikan post terakhirnya untuk kamu saja. Kamu 'kan doyang blogging. Jadi, sudah ya, Yo. Sampai ketemu lagi nanti. Terima kasih sudah mau jadi teman aku. Aku mau titip salam ke Made in Heaven yang gak pernah kamu temui, dia itu temen kosku selama dua tahun. Jabrig juga ya, jagain Jabrig buat aku. Silakan lari-larian bersama mereka ya, jangan lupa tertawa!

Comments

Popular posts from this blog

As a Good Friend..

Into the Citylight

Angin-angin Keparat