Entri terakhir: untuk Yoana Vennezia

Image
Waktu itu tak berujung. Kita hidup di satu masa. Awalnya, lagu Akad oleh Payung Teduh terasa tidak relevan, setidaknya bagiku. Maksudnya, terlalu banyak muda-mudi kebelet nikah yang dengan sengaja meneriakkan lagu itu ke telinga orang. Memang, musiknya mudah didengar dan ringan. Tapi, kupikir liriknya tidak sekuat lagu Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan. Tapi, hari ini, lagu Akad seperti tiba-tiba merasuki aku. Tapi, aku gak menye-menye; aku tidak kebelet nikah, aku tetap sama. Tapi, entah mengapa lirik yang ringan itu cocok untuk meningat kamu, Yo. Aransemen musiknya tidak menyedihkan, tapi menyenangkan. Mungkin, sudah seharusnya itu yang aku, Tane, Iki dan yang lain rasakan. Kami gak perlu sedih soal kepergianmu itu. Kami, seharusnya, mengingat hidupmu itu, Yo. Hidupmu itu layak kami apresiasi setinggi-tingginya. Kamu sudah bantu aku berubah. Tahu gak? Aku gak pernah nangis di pemakaman, Yo. Tapi, kemarin aku seperti tidak kenal siapa aku. Dinding dan tampilan tangguh ya

Foolish Glamor

Into the city,
I have gone
Walk down the road,
On my own

In its’ heart there lies,
A huge building made of stone
Filled with people,
Mostly young and glamorous

The young look like zombies,
Walking down with their phones
Wearing fancies,
Never forget their selfies

I have seen the young in the parks,
In the bench they kiss
Even in schools,
They kiss

I have seen a young man,
With so many earrings,
Pierced in his ears
His face, it is too pale to see

I have seen a young lady,
Wearing beautiful dress
Made from the hide of the dead,
Held her chins high

They do not know,
The deceased forefathers
They do not know,
The tongues of the old

They do not care,
The people on welfare
They do not care,
The war affair

They are walking,
They look dead
For they forget,
That ignorance is not a bliss..






My thanks to my friend Hannah for the template.

Comments

Popular posts from this blog

As a Good Friend..

Into the Citylight

Angin-angin Keparat