Entri terakhir: untuk Yoana Vennezia

Image
Waktu itu tak berujung. Kita hidup di satu masa. Awalnya, lagu Akad oleh Payung Teduh terasa tidak relevan, setidaknya bagiku. Maksudnya, terlalu banyak muda-mudi kebelet nikah yang dengan sengaja meneriakkan lagu itu ke telinga orang. Memang, musiknya mudah didengar dan ringan. Tapi, kupikir liriknya tidak sekuat lagu Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan. Tapi, hari ini, lagu Akad seperti tiba-tiba merasuki aku. Tapi, aku gak menye-menye; aku tidak kebelet nikah, aku tetap sama. Tapi, entah mengapa lirik yang ringan itu cocok untuk meningat kamu, Yo. Aransemen musiknya tidak menyedihkan, tapi menyenangkan. Mungkin, sudah seharusnya itu yang aku, Tane, Iki dan yang lain rasakan. Kami gak perlu sedih soal kepergianmu itu. Kami, seharusnya, mengingat hidupmu itu, Yo. Hidupmu itu layak kami apresiasi setinggi-tingginya. Kamu sudah bantu aku berubah. Tahu gak? Aku gak pernah nangis di pemakaman, Yo. Tapi, kemarin aku seperti tidak kenal siapa aku. Dinding dan tampilan tangguh ya
Post a Comment

BABYSHIT!!!!

Siapa sih yang enggak suka bayi atau batita atau bahkan balita? Anak-anak masuk dalam fase paling lucu. Chubby, gemuk, kelakuannya lucu, manja, gemesin deh pokoknya

Jawabannya adalah gue.

Iya sih gue akui emang lucu, cuma aja gue gak bisa lama-lama sama mereka. Kenapa? Mereka moody. Sekarang cengengesan, seperempat detik kemudian ngadat. Makan ini, setengah detik kemudian pengen yang lain.

Pusing. Banget. Itulah kenapa gue gak bisa ngabisin waktu lama-lama sama mereka. Dan Babysit adalah hal yang menurut gue horror banget. Pengalaman pahit tersebut pernah gue alami pas jadi siswa magang dulu.

Jadi waktu itu kantor sepi, belum pada datang. Pegawai yang punya anak lelaki umur 2 tahun pun datang. Beliau pembimbing gue. Nah, si anak ini biasanya maen sama dua temen cewek yang sekantor  mereka temen satu sekolah. Gue ketemu beliau di parkiran, dan beliau harus meeting. Karena bingung gak ada siapa-siapa lagi, gue ditunjuk sebagai babysitter. Ya, karena enggak ada siapa-siapa lagi gue gak bisa nolak, apalagi ini kan meeting.

Awalnya mulus, karena si anak ini, let's call Jun biar gampang, udah deket sama gue. Gimana enggak, gue kan udah hampir 3 bulan disini. Jun ama gue pergi ke ruangan, mamanya ke ruangan juga, karena harus pake sepatu dulu.

Sudah masuk ruangan, kemudian gue diinstruksikan untuk nyalain pc dan ngajak dia nyanyi. Setelah ditinggal, Jun mau nonton tv dan gue nyalain pc. Dua menit kemudian kejadian horror itu terjadi..

Dia nangis. Yap, NANGIS. Bingung. Muka Jun ngadep lantai, ingusnya kemana-mana. Gue coba ngajak dia nyayi, eh malah makin kenceng.. Stress gue! Sekali-kali gue angkat, sambil bilang ini-itu biar gak nangis, eh malah makin kenceng. Lemes gue, beneran. Meetingnya paling 15-30 menit, cuma gue berasa... OH DEMI JANGGUT DAVY JONES, BAWA GUE KE LOKERLU YANG BAU ITU!!!

10 menit berlalu dan gue inget ada yang bilang Tuhan selalu ngasih ujian yang pasti bisa dilalui oleh hambanya, tapi ini berat sekali...

Dia lari mau nyari emaknya, gue kejar. Malah makin kenceng aja, gue pengen ada orang lewat, gue bakal langsung bilang, TAMPAR AKU MAS! TAMPAR!!! Gue udah bilang jujur, eh masih aja salah. Nggak kayak orang lain, gue gak mau boongin anak kecil, karena kalo dari kecil aja udah diboongin gedenyan nanti jadi tukang boong kayak gue.

20 menit berlalu dan hal ini masih berlanjut.. Entah sampai kapan siksaan ini menerpa mentalku ya Allah.. Dan kenapa ini bocah diem meski nyokapnya pergi 3 jam kalo lagi sama kedua cewek itu.. DASAR LAKI DARI KECIL AJA MAUNYA SAMA TETEH-TETEH.

Akhirnya, proses lari-larian ala film Bollywood itu kelar gue bisa bikin dia berhenti nangis. Kok bisa? Kali ini gue gak boong, tapi pura-pura. Yap, pura-pura nyariin emaknya. Keliling sambil pake sendal nyeckermenn, ujungnya gue bisa ngajak dia cuci tangan dan ngelap ingusnya.

Abis dilap temen gue dateng dan gak lama, mama si Jun dateng.. Gue semakin berpikir, kenapa orang bisa ngasuh anak kecil. Akhirnya gue putuskan, untuk gak BABYSHIT lagi.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

As a Good Friend..

Cinta segitiga adalah permasalahan dalam hubungan kekinian yang cukup pelik, contohnya; lo punya teman deket yang bernama budi dan gebetan/crush namanya si susi, lo cinta susi, sedangkan susi cinta budi, dan diujung, budi cinta lo - eh si susi maksudnya. Cukup pelik, bukan? Nah, oleh karena itu dalam postingan ini, gue bakal merubah pandangan lo terhadap cinta segitiga ini. Bukan bermaksud menggurui, cuma kemarin malam gue belajar sesuatu dan akan menceritakan dari awal. Jadi, untuk pertama kalinya gue punya “twitter crush” namanya si Susi (nama sesuaikan contoh biar gampang, dan biar crush gue nya gak ngambek), sedangkan si Susi mau suka ke sohib gue sendiri, Budi (tapi disini Budi kagak suka gue). Sebagai jomblo yang ambisius, gue berambisi untuk dapetin hati si Susi, smsan, mention, DM, segala macem komunikasi gue coba. Masalah utama gue ini, si Susi sama Budi satu sekolah, di SMAN 71 Kalahari, sedangkan gue sekolahnya di SMKN 69 Corleone, jadi gue dan Susi gak pernah ketemu. Aw
Baca Agak Jauhan

Into the Citylight

Of God’s last ray of day; of God’s last ray of hope, Enters my mistress who lays upon a fiend’s dope, Of which he plays, from veins to throat, So does come my mistress, to shroud the districts “Merry, be merry, my fellow man! Come to see what I offer ya! Worry not about your woman, For I have a spare for ya!” So did he say, of a man who comes to prey Lonely men, whose hearts are rotten, Decayed, oh decay, did they, So did they came, to find and bed a dame “Come one in, you bad mothers’ and drink our finest vino! Chug on ‘em until you smother, Just drink away your tales of sfortunato!” Away I go from the man who shouts from a bar, Who was holding a bucket of ale, Chugs and chugging, “oh, wunderbar!” So I walk on, on and on, and I just keep on walking on “God, o, dearest God of all! Be there light, the citylight!  Or shall I stop my squall?  So there I stop my might!” And so I pray, I pray to God To lead me from the muddle th
Baca Agak Jauhan

Angin-angin Keparat

Angin malam menerjang tembok, menembus sela-sela kayu. Gubuk ini memang sudah tua dan angin menyentuh bagian bawah yang tidak tertutupi kain. Menggigil rasanya, tapi aku lega karena setelah dua jam, ada juga gubuk untuk buang hajat. Hingga aku sadar bahwa tak ada gayung. Anjing, bagaimana aku bisa pulang dengan sisa-sisa buangan? Ah, biar saja ku lap dengan kemeja dan pulang telanjang dada.
Baca Agak Jauhan