Entri terakhir: untuk Yoana Vennezia

Image
Waktu itu tak berujung. Kita hidup di satu masa. Awalnya, lagu Akad oleh Payung Teduh terasa tidak relevan, setidaknya bagiku. Maksudnya, terlalu banyak muda-mudi kebelet nikah yang dengan sengaja meneriakkan lagu itu ke telinga orang. Memang, musiknya mudah didengar dan ringan. Tapi, kupikir liriknya tidak sekuat lagu Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan. Tapi, hari ini, lagu Akad seperti tiba-tiba merasuki aku. Tapi, aku gak menye-menye; aku tidak kebelet nikah, aku tetap sama. Tapi, entah mengapa lirik yang ringan itu cocok untuk meningat kamu, Yo. Aransemen musiknya tidak menyedihkan, tapi menyenangkan. Mungkin, sudah seharusnya itu yang aku, Tane, Iki dan yang lain rasakan. Kami gak perlu sedih soal kepergianmu itu. Kami, seharusnya, mengingat hidupmu itu, Yo. Hidupmu itu layak kami apresiasi setinggi-tingginya. Kamu sudah bantu aku berubah. Tahu gak? Aku gak pernah nangis di pemakaman, Yo. Tapi, kemarin aku seperti tidak kenal siapa aku. Dinding dan tampilan tangguh ya

Anjing-anjing Dunia

Aku berkendara dan disalip seorang bapak
Ia bilang, "Mati kau, Anjing!"
Lalu tak lama aku menyalip seorang ibu,
Ia bilang, "Pakai otakmu, Anjing!"

Aku bingung, lalu berjalan dan bertemu seorang pemuda
Ia bilang, "Jalan pakai mata, Anjing!"
Aku makin bingung dan bertemu seorang gadis
Ia bilang, "Jaga matamu, Anjing!"

Akhirnya aku berjalan lagi
Berhenti di depan pengemis dan seekor anjing
Lelaki itu menunduk dan anjingnya menatapku
Ia bilang, "Recehnya, Tuan. Anjingku lapar."

Comments

Popular posts from this blog

As a Good Friend..

Into the Citylight

Angin-angin Keparat